Minggu, 23 September 2012

jenis-jenis posisi tidur


BAB II
PEMBAHASAN

Jenis-jenis posisi tidur
1.      Posisi supine (terlentang).
2.      Posisi fowler (setengah duduk) dengan kombinasi semi fowler dan high fowler.
3.      Posisi trendelenburgh
4.      Posisi prone (tengkurap)
5.      Posisi latera (miring)
6.      Posisi sims
7.      Posisi dorsal recumbent
8.      Posisi litotomi
9.      Posisi knee chest

A.    Posisi Supine
            Posisi supine adalah posisi pasien terbaring terlentang dengan kedua tangan dan kaki lurus dalam posisi horizontal.Posisi ini merupakan posisi yang paling lazim.
Tujuan
            Posisi ini banyak digunakan pada pasien tirah baring (bedrest) untuk memberikan posisi yang nyaman dan pada perawatan tulang belakang.
Prosedur
1.      Memberitahu pasien
2.      Mencuci tangan
3.      Tempatkan pasien dalam posisi terlentang di tempat tidur
4.      Letakan bantal dibawah kepala
5.      Jika diperlukan,dapat ditempatkan :
a.       Handuk kecil dibawah spina lumbal apabila terdapat kontra indikasi
b.      Gulung handuk kecil/guling dibawah lutut sampai mengangkat tumit
c.       Papan menahan kaki dibawah telapak kaki pasien untuk mencegah pasien melorot
d.      Bantal dibawah lengan bawah yang telungkup untuk mempertahankan lengan atas sejajar tubuh.
6.       Merapikan tempat tidur.
7.      Mencuci tangan.

B.     Posisi Fowler

Posisi Fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi fowler kepala dan dada dinaikan dengan sudut 30-45° sedangkan pada posisi higt fowler,posisi kepala dan dada dinaikan hingga 45-80°.
Tujuan
            Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan jantung.
Prosedur
1.      Identifikasi kebutuhan pasien akan posisi fowler
2.      Jelaskan pada pasien tentang tujuan/manfaat dari posisi ini.
3.      Jaga privasi pasien
4.      Siapkan alat-alat
5.      Cuci tangan
6.      Buat posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja(sesuai dengan tinggi perawat)
7.      Sesuaikan berat badan pasien dan perawat,gungakan alat bantu pengangkat
8.      Kaji daerah-daerah yang mungkin tertekan
9.      Atur tempat tidur pada pisisi datar. Ambil semua bantal dan perlengkapan lain yang digunakan pada posisi sebelumnya.beri bantal pada tempat tidur pasien bagian atas.pindahkan pasien ke bagian atas tempat tidur. Ajak pasien bekerja sama.
a.       Tekut lutut pasien dan anjurkan untuk meletakan tangan di atas dadanya
b.      Letakan satu tangan perawat dibawah bahu pasien
c.       Angkat dan tarik pasien sesuai yang diinginkan,minta pasien untuk mendorong kakinya
d.      Yakini bahwa bokong pasien berada tepat pada sudut lekukan tempat tidur
10.  Naikan posisi tempat tidur bagian kepala 30-40° atau sesuai kebutuhan
11.  Letakan bantal kecil/lunak dibawah kepala
12.  Letakan bantal kecil/gulungan handuk didaerah lekuk pinggang jika terdapat celah kecil didaerah tersebut
13.  Letakan bantal kecil mulai dari bawah lutut sampai tumit
14.  Letakan guling disisi luar paha
15.  Letakan papan penghalang pada telapak kaki pasien
16.  Letakan bantal untuk mendukung lengan dan tangan jika pasien tidak dapat menggerakan lengan
17.  Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan menilai rasa nyaman pasien
18.  Rapikan alat-alat dan cuci tangan
19.  Catat tindakan yang telah dilakukan

C.     Posisi Trendelenburg

Posisi trendelenburg adalah posisi tubuh terlentang dengan bagian kepala dan dada lebih rendah dari pada kaki.

Tujuan
1.      Agar darah lebih banyak mengalir kekepala pada keadaan shock dan hipotensi
2.      Unntuk memudahkan operasi didaerah perut
3.      Untuk memudahkan perawatan dan pemeriksaan tertentu
Persiapan alat
·         Untuk tempat tidur yang dapat diatur ketinggian bagian atas atau bawah,tidak diperlukan alat
·         Dua potong balok yang sama tinggi untuk meninggikan bagian kaki tempat tidur untuk tempat tidur biasa.

Prosedur
            Turunkan bagian kepala tempat tidur atau tinggikan bagian kaki tempat tidur dengan mengganjal kedua kaki tempat tidur dengan balok yang sama tinggi. Yang harus diperhatikan:
Keadaan umum pasien, seperti nadi, tekanan darah, suhu, pernapasan, dan ekspresi wajah.



D.    Posisi Prone
Posisi prone adalah posisi pasien telungkup dengan kepala menghadap ke samping.

Tujuan
Mencegah kotraktur fleksi pada bokong dan lutut. Meningkatkan drainase dari mulut, oleh karena itu sangat bermanfaat untuk pasien pascaoprasi mulut dan tenggorokan. Kerugian dari posisi ini adalah menyebabkan lordosis lumbal dan lateral rotasi pada leher.

Persiapan Alat
·         Tiga buah bantal
Prosedur
1.      Kaji kebutuhan pasien akan posisi prone.
2.      Lakukan prosedur 2-7 seperti pada posisi fowler.
3.      Kaji daerah yang mungkin tertekan pada posisi ini, seperti jari-jari, lutut, genital (pada laki-laki), payudara (pada perempuan), prosessus akromius bahu, pipi, dan telinga.
4.      Atur tempat tidur pada posisi datar. Ambil semua bantal dan perlengkapan lain yang digunakan pada posisi sebelumnya. Letakkan bantal pada tempat tidur bagian atas. Atur posisi pasien pada bagian atas tempat tidur. Ajak pasien bekerja sama.
a.       Tekuk lutut pasien dan anjurkan untuk meletakkan tangan di atas dada.
b.      Letakkan satu tangan di bawah bahu pasien dan tangan yang lain di bawah paha pasien.
c.       Angkat dan tarik pasien sesuai yang diinginkan, mintalah pasien untuk mendorong kakinya.
5.      Miringkan pasien dengan lengan diposisikan dekat ke tubuhnya, siku lurus dan tangan di atas pahanya. Posisikan tengkurap di tengah tempat tidur yang datar.
6.      Hadapkan kepala pasien ke satu sisi, letakkan bantal kecil di bawah kepala, tetapi tidak sampai bahu.
7.      Letakkan bantal kecil di bawah perut mulai dari diafragma sampai Krista iliaka.
8.      Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari mulut hingga tumit.
9.      Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan menilai rasa nyaman pada pasien.
10.  Rapikan alat-alat dan cuci tangan.
11.  Catat tindakan yang telah dilakukan.

E.     Posisi Lateral
Posisi Lateral adalah posisi pasien berbaring miring pada satu sisi tubuh.
Tujuan
Posisi ini baik digunakan untuk pasien yang membutuhkan istirahat atau tidur yang baik. Posisi lateral juga menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Prosedur
1.      Identifikasi kebutuhan pasien akan posisi lateral.
2.      Lakukan prosedur 2-7 seperti pada posisi flower.
3.      Kaji daerah-daerah yang mungkin tertekan pada posisi tidur ini, seperti ischium, telinga bawah, pipi, lateral maleolus tumit bawah, medial maleolus tumit atas, dan trokanter major.
4.      Atur tempat tidur pada posisi datar. Ambil semua bantal dan perlengkapan lain yang digunakan pada posisi sebelumnya. Letakkan bantal pada tempat tidur pasien bagian atas. Atur posisi pasien pada bagian atas tempat tidur. Ajak pasien bekerja sama.
a.       Tekuk lutut pasien dan anjurkan untuk meletakkan tangan di atas dadanya.
b.      Letakkan satu tangan anda di bawah paha pasien.
c.       Angkat dan tarik pasien sesuai yang diinginkan, mintalah pasien untuk mendorong kakinya.
5.      Bantu pasien miring
6.      Letakkan bantal di bawah kepala dan leher.
7.      Atur posisi bahu di bawah sedikit fleksi dan agak condong ke depan, lengan atas didukung dengan bantal setinggi bahu.
8.      Letakkan bantal yang keras pada punggung pasien untuk menstabilkan posisi.
9.      Letakkan dua atau lebih bantal di antara kedua kaki pasien dengan posisi kaki sebelah atas semifleksi. Bantal harus menyangga tunggkai dengan baik, dari lipat paha hingga kaki.
10.  Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan menilai rasa nyaman pada pasien.
11.  Rapikan alat-alat dan cuci tangan.
12.  Catat tindakan yang telah dilakukan.

















(RANGE OF MOVEMENT / ROM)

Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
1.          Tekuk tangan pasien kedepan sejauh mungkin

Fleksi dan ekstensi siku
2.          Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
3.          Lakukan dan kembalikan ke posisi semula

Pronasi dan supinasi lengan bawah
4.          Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya
5.          Kembalikan keposisi semula
6.          Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap kearahnya
7.          Kembalikan keposisi semula

Pronasi fleksi bahu
8.          Angkat lengan pasien pada posisi semula

Abduksi dan Adduksi
9.          Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
10.      Kembalikan keposisi semula

Rotasi bahu
11.      Gerakkan lengan bawah kebawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap kebawah
12.      Kembalikan keposisi semula
13.      Gerakkan lengan bawah kebelakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap keatas
14.      Kembalikan keposisi semula

Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
15.      Tekuk jari-jari kaki kebawah
16.      Luruskan jari-jari kemudian dorong kebelakang
17.      Kembalikan ke posisi semula

Infersi dan efersi kaki
18.      Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya
19.      Kembalikan keposisi semula
20.      Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki lainnya
21.      Kembalikan keposisi semula

Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
22.      Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki kearah dada pasien
23.      Kembalikan ke posisi semula
24.      Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien

Fleksi dan ekstensi lutut
25.      Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkah paha
26.      Lanjutkan menekuk lutut kearah dada sejauh mungkin
27.      Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki keatas
28.      Kembali keposisi semula

Rotasi pangkal paha
29.      Putar kaki menjauhi perawat
30.      Putar kaki ke arah perawat
31.      Kembalikan keposisi semula

Abduksi dan adduksi pangkal paha
32.      Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
33.      Gerakkan kaki mendekati badan pasien
34.      Kembalikan keposisi semula






BAB III
PENUTUP

Simpulan
       Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
  1. Gravitasi
  2. Keseimbangan
  3. Berat